Namaku Candra Kirana, aku bukan tipe perempuan yang berani dan suka berbicara. Sebaliknya, aku lebih suka untuk diam dan bicara kepada temanku saja. Ketika kelas 7 pun aku tidak terlalu banyak bicara kepada teman - temanku, bahkan ketika aku menginjak bangku SMP aku berpikir aku tidak akan punya teman karena pribadiku yang tidak bisa langsung akrab terhadap seseorang. Itulah yang ku jalani selama bertahun-tahun, sekalipun ketika SD. Aku sangat tertutup, tidak bisa berinteraksi, dan aku tidak memiliki cukup banyak teman selain teman kelas ku.
Di kelas 8, aku sudah mulai terbuka dan bisa langsung akrab kepada temanku karena satu frekuensi antara aku dan temanku, aku menjadi aktif di kelas dan guru - guru mulai mengenalku. Tapi keberanianku belum sepenuhnya muncul, dan aku masih menjadi perempuan yang takutan. Ketakutan itu selalu saja muncul terus-tetusan, seolah-olah aku harus diam selamanya. Pada dasarnya aku adalah seorang yang pemalu, aku selalu gugup jika berbicara di depan umum, yang menyebabkan kehilangan kata dan berakhir diam tidak berbicara. Dan biasanya aku selalu menghindari situasi yang membuatku harus berinteraksi dengan banyak orang. Jadi, bayangkan saja betapa terkejutnya aku ketika terpilih menjadi kandidat Ketua PMR dan terpilih juga sebagai Ketua PMR.
Pemilihan ketua PMR tahun 2024 itu ketik aku kelas 8, berlangsung cukup tegang. Bahkan aku sendiri tidak pernah terpikir untuk mencalonkan diri serta membayangkan aku berada di depan dan di lihat semua anggota PMR. Aku sendiri merasa tidak pantas, tidak cukup berani, dan tidak memiliki kemampuan yang di miliki. Namun, banyak teman - temanku yang mendukungku, yang membuatku berusaha latihan berbicara untuk debat PMR kala itu.
Dan hal yang tidak pernah ku duga terjadi saat itu, aku terpilih menjadi Ketua PMR berikutnya. Rasa terkejut dan takut bercampur aduk dalam dadaku. Aku mereka seperti nyawaku akan habis hari itu juga, dan aku juga berpikir akan keluar setelah 1 bulam menjalankan tugas. Bagaimana mungkin aku, seorang perempuan yang pemalu, bahkan kesulitan berbicara spontan dan tidak ada pengalaman serta niat untuk menjadi Ketua PMR, bisa mempimpin sebuah organisasi sebesar PMR. Itulah yang ku pikirkan ketika di depan anggota PMR kala itu.
Minggu-minggu pertama menjadi ketua adalah masa-masa tersulit. Aku kesulitan mengatur dan berinteraksi, dan aku merasa sering kehilangan kata-kata. Tidak jarang aku sering merasa ingin menyerah, ingin melepaskan jabatan ini dan kembali ke zona nyaman yang penuh rasa aman walaupun membosankan. Namun, teman-temanku sangat suportif dan pengertian, mereka sahat memabantuku dan selalu menyemangatiku. Aku sendiri mencoba untuk melawan dan entah darimana datangnya, aku berubah menjadi pribadi yang lebih aktif, sehingga orang-orang kebingungan melihat tingkah aneh ku yang biasanya hanya diam tidak bersuara kini sangat berisik. Tapi dengan cara itu aku bisa membangun chemistry antar pengurus, sesuai dengan apa yang di harapkan Ketua PMR sebelumnya.
Salah satu kejadian yang paling membuatku merasakan bersalah, ketika PMR mengikuti kegiatan lomba tapi belum mendaftar, sehingga mereka tidak terdaftafkan. Ketika itu mereka sudah berusaha keras untuk latihan setiap hari, tapi dikecewakan karena mereka belum terdaftar. Kejadian itu membuat aku merasa sangat bersalah, bahkan aku sempat ingin mundur dari jabatan ini dan menangis memikirkan respon dan perasaan mereka selama berhari-hari. Aku sempat meminta saran kepada ketua PMR sebelumnya dan meminta saran kepada teman-temanku, sedikit membuatku tenang tapi tidak hilang rsa bersalah yang sangat besar. Hingga akhirnya tiba hari di mana mereka di beri arahan oleh pembina. Aku semakin merasa bersalah, bahkan aku menjadi canggung untuk berbicara kepada mereka, yang biasanya kami bercanda tapi entah kenapa aku menjadi diam dan takut untuk mengajak bercanda ataupun mengobrol.
Ketika itu pun pada malamnya aku langsung meminta maaf, tapi akhirnya setelah berminggu-minggu kemudian situasi kembali menjadi normal. Dan aku pun sudah tidak ada niat untuk mengundurkan diri jabatan ini karena aku merasa ini tanggung jawab besar yang harus aku selesaikan dan tidak bisa ku tinggalkan begitu saja. Setelah kejadian itu aku merasakan perubahan yang besar dalam diriku dan aku menjadi ketua yang lebih bijak, cepat, serta tanggap menghadapi situasi apapun. Aku selalu mengingat pesan yang diberikan oleh ketua PMR sebelumnya, bahwa pengalaman pertama jadi pemimpinnya itu pasti akan melakukannya suatu kesalahan. Dan dia juga bilang tidak ada yang tidak cocok untuk menjadi ketua/pemimpin, hanya butuh waktu untuk belajar dan pengalaman. Pada intinya, jangan cepat putus asa hanya karena satu atau dua kesalahan, lebih baik belajar dari kesalahan yang di buat agar menjadi lebih baik lagi kedepannya.
Dan dengan bantuan teman-temanku serta ketua PMR sebelumnya itu semua yang membuatku sadar dan yakin bahwa aku bisa melanjutkan jabatan ini kedepannya, akhirnya aku berhasil mengatasi itu. Sekarang aku sudah menjadi pribadi yang berani dan tidak malu, walaupun terkadang rasa malu itu muncul tiba-tiba. Di kelas 9 ini aku menjadi lebih terbuka di banding kelas 7 dan 8, aku bisa berkomunikasi dengan baik dengan teman satu kelasku yang sebelum-sebelumnya aku tidak bisa berkomunikasi dengan semua teman secara baik.
Setiap kegiatan yang kami jalani adalah sebuah tantangan, dan sebuah kesempatan bagi aku untuk keluar dari zoan nyaman untuk mengasah kemampuan kepemimpinanku. Aku belajar lebih berani, memberikan arahan dengan tegas, dan mengambil keputusan dengan lebih bijak, aku juga belajar untuk mendengarkan pendapat orang lain, menghargai perbedaan. Banyak sekali yang dapat aku pelajari.
Tentunya perjalanan ini tidak selalu mulus, ada kala aku merasa lelah, kecewa, dan ingin menyerah. Ada perbedaan pendapat di antara anggota, ada kegiatan yang gagal berjalan sesuai rencanaku dan yang lain, ada juga kripik yang membangun. Semua itu mengajariku untuk menjadi lebih tangguh, lebih dewasa, dan lebih bijak dalam menghadapi berbagai situasi dengan tenang.
Satu hal yang sangat berharga yang aku peroleh selama menjadi ketua PMR adalah pentingnya kepercayaan diri, kepercayaan diriku yang awalnya sangat rendah, perlahan-lahan tumbuh dan berkembang seiring dengan pengalaman yang ku peroleh. Aku juga mendapatkan bahwa kepercayaan diri itu sangatlah penting untuk diri sendiri, aku belajar bahwa aku bisa menjadi pemimpin yang baik, meskipun berawal dari seorang perempuan yang sangat pemalu.
Pada akhirnya, masa jabatan aku sebagai ketua PMR akan berakhir, aku merasa bangga bisa mempimpin organisasi ini, dan dapat memberikan kontribusi terbaik untuk sekolah dan anggota PMR. Aku juga merada sangat bersyukur atas pengalaman berharga yang telah aku dapatkan, pengalaman yang telah mengubahku dari seorang perempuan yang pemalu dan penakut, menjadi pribadi yang lebih percaya diri. Pengalaman ini akan menjadi pengalaman yang sangat berkesan untuk diriku.
-> Jelaskan manfaat cerita inspiratip yang Kalian tulis bagi orang lain atau pembaca!
Kesimpulan dari cerita di atas adalah bahwa perubahan diri yang sangat dimungkinkan, bahkan bagi seseorang yang awalnya sangat pemalu dan penakut. Keberhasilannya sebagai Ketua PMR bukan hanya karena keberuntungan, tetapi karena usaha keras, dukungan dari lingkungan sekitar, kemampuan belajar dari kesalahan, dan keberanian untuk keluar dari zona nyaman. Mengajarkan pentingnya kepercayaan diri, arti persahabatan dan bimbingan. Pengalamannya sebagai pemimpin membentuknya menjadi pribadi yang lebih percaya diri, tangguh, dan bijaksana. Kisah ini menginspirasi pembaca untuk percaya pada potensi diri mereka sendiri dan berani menghadapi tantangan hidup dengan penuh keberanian.
Comments
Post a Comment